Aku, Kamu, dan Restu Kita.

 Dilematika sebuah hubungan, semakin dewasa kita akan di hadapkan dengan masalah yang jauh lebih rumit, bahkan dalam percintaan sekalipun, mempunyai pasangan yang sangat sayang sama kita adalah impian semua orang, bahkan saya, saya sangat bersyukur punya pacar yang sangat tulus sayang sama saya meskipun terkadang dia tampak begitu cuek namun tidak pernah terlintas dalam bayangan saya untuk pergi dan meninggalkan atau di tinggalkan. Sampai akhirnya pagi itu, aku mendapat kabar yang seakan menghentikan mimpi-mimpi ku, cinta kita tak di restui. Tiba-tiba saja ibunya menolak dan menentang keinginannya untuk lebih serius kepadaku dengan alasan yang tidak jelas, yang semula hubungan kita baik-baik saja seketika saja harapan-harapan itu hancur, rasanya ingin berontak, namun seakan percuma, itu tak mampu merubah keinginan mu untuk tetap pergi dan menuruti keinginan ibu-mu.


Semuanya seakan tidak adil, namun disisi lain aku bangga dengan tindakanmu yang sangat berbakti kepada ibumu, karena aku tau Rasulullah pun mengajarkan kita untuk berbakti kepada Ibu bahkan tiga kali sebelum selanjutnya kita harus berbakti kepada ayah, sebagaimana dalam sebuah hadist:

 Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Hari ini juga aku mencoba untuk ikhlas, menerima semua keputusan-keputusanmu, dan aku mohon cairkan hatimu untuk tetap menuruti keinginan ibumu di atas segalanya, yang walaupun bertentangan dengan keinginanmu, karena ini adalah yang terbaik dan untuk kebahagianmu kelak, jangan risaukan aku di sini. Aku tidak apa-apa.

Aku tau ini bukan situasi yang mudah baik untuk diriku sendiri ataupun dirimu, karena pasti sangat berat memilih salah satu antara dua wanita yang sama-sama kau cintai di dunia ini. Tapi, tenanglah sayang! Aku tidak akan memaksa ibumu untuk merestui dalam waktu yang cepat, justru aku akan membuktikan bahwa akulah wanita yang pantas untuk mendampingimu hingga akhir hayat. Namun aku mohon agar kau tetap memprioritaskan beliau sebagai malaikat tanpa sayap yang selalu menjagamu sejak lahir, tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan aku wanita yang baru saja kamu temui saat kau sudah dewasa dan mulai mengenal cinta.

Jangan risaukan aku, aku tau ini sangat berat tapi aku mohon tunjukkan sikap patuhmu pada ibumu. Untukmu lelaki yang sangat aku cintai, saat kamu harus memprioritaskan wanita yang melahirkanmu di bandingkan aku yang bukan siapa-siapa. Di satu sisi, aku bangga dengan kamu, karena kamu telah menunjukkan sikap patuhmu padanya, aku bangga kamu bisa menyenangkan hatinya dan menuruti apa yang beliau inginkan untuk melepaskanku.

Disisi lain aku sedikit terluka karena harus terpisah dengan mu, aku yang selalu berusaha menjadi yang terbaik, dan berusaha menjadi apa yang kamu mau ternyata belum juga berhasil mengambil hati ibumu untuk merelakan dirimu untukku.

Apakah aku tidak pantas untuk bersanding denganmu???? aku mengerti, betapa sempurnanya dirimu dan betapa sederhananya diriku. Aku tau, aku memang hanya manusia yang sederhana yang terus saja berusaha untuk membuat dirimu bahagia. Parasku yang jauh dari kata cantik, aku terlahir dari keluarga yang sederhana hanya rakyat biasa, itu artinya akupun tak pantas untuk bersanding dengan lelaki sesempurna dirimu.

Sempat menjadi wanita terbaikmu adalah suatu kebanggaan tersendiri bagiku, aku sangat bahagia saat berada di sampingmu, meskipun kamu malu untuk menjadi pendampingku, aku tau banyak sekali perempuan di luar sana yang lebih segalanya dariku. Tapi aku akan membuktikan kepada ibumu dan keluargamu bahwa akulah wanita yang memiliki rasa cinta dan sayang yang besar untukmu.

Saat ada wanita yang lain yang lebih dariku dan menawarkan kenyawanan untukmu, aku mohon bertahanlah untuk menungguku memantaskan diri untuk mendampingimu di mata ibu dan bapakmu, meski aku harus menjauhimu untuk sementara waktu, percayalah, aku akan selalu menjagamu dari jauh, aku akan berjuang sekuat mungkin untuk lebih pantas menjadi pendampingmu. Aku akan selalu berusaha kuat untuk berdiri disini, ya di tempat yang sama saat kau meninggalkan ku demi mematuhi perintah orang tuamu. Namun, saat kau merindukanku, tengoklah kebelakang, aku akan memelukmu erat dan rela untuk sakit demi membuatmu bahagia, kau tidak perlu terluka untuk merisaukan perasaanku.

Aku berjanji akan selalu berusaha memperbaiki diri dan menjadi sosok wanita yang pantas untuk mendampingi putra pertamu, wahai calon ibu mertuaku.

“Saat waktu belum mengizinkan kita untuk bersama, aku akan selalu setia menunggumu, sampai akhirnya kau datang untuk menghentikan waktu itu agar kita dapat bersama kembali beserta restu dari orang tuamu, saat ketulusan berbicara aku dapat memastikan sampai kapanpun aku tidak akan pernah membenci siapappun dan apapun atas semua ini.”

Saat ini angin sedang menguji cintaku padamu, angin sedang memerintahkanku untuk tetap bertahan, sementara angin tidak mengizinkanmu untuk pergi dari istanamu tapi tenang sayang, kebahagiaan abadi yang sesungguhnya aku harap tidak terhenti. Aku yang lemah, namun selalu berusaha menjadi sayap pelindungmu, aku rela untuk tidak terbang demi membuatmu selalu terbang tinggi.

Aku akan memperjuangkan cintaku, dan membuktikan bahwa aku pantas di banggakan dan layak untuk pangeranmu, wahai wanita yang ku harap kelak bersedia kupanggil “IBU”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Skin Care

interaksi psikologis antara da'i dan mad'u

Cinta Kadaluarsa