Rekonsfigurasi Kultural Politik Global



Rekonsfigurasi Kultural Politik Global
Oleh: Iin Jauharoh An-Niswah
1.      Upaya Pengelompokan: Identitas Politik
       Seiring dengan bergulirnya waktu, modernisasi banyak di pakai oleh beberapa negara, sehingga terjadilah rekonsfigurasi cultural, akibatnya banyak terjadi pengelompokan yang mana di dasarkan dengan alas an ideologis. Adanya perang dingin mengakibatkan banyak Negara yang menyatakan dirinya adalah “Negara Non Blok” atau bahkan memungkinkan berpindah dari blok satu ke blok yang lain. Meskipun ada beberapa negara yang mempu menghindari pengotakan yang ada, tetapi itu bisa mengakibatkan negara tersebut kehilangan identitasnya, sehingga pertanyaan yang semula “berada di blok manakah kita?” dig anti dengan “siapakah anda?” dan jawaban tersebut menunjukkan identitas, lawan serta kawan dari negara tersebut.
Pada tahun 1990-an terjadi krisis identitas global, dan negara-negara yang mengalami krisis identitas selalu mengalami “konflik internal”, permasalahan tersebut terutama melanda negara yang mengalami keseragaman peradaban. Tak hanya di wilayah barat pengotak-kotakan juga terjadi di wilayah Balkan dan itu membuka jalan bagi gerakan sivilisasi (peradaban baru) pada masyarakat Islam serta Kristen ortodok, sehingga mengakibatkan munculnya dua poros sesuai dengan yang di bicarakan Misha Glenny yaitu golongan pertama memakai baju Kristen Ortodoks Timur dan satunya memakai baju Islam.
Seiring dengan perkembangan zaman berakirlah perang dingin, Negara-negara didunia membentuk kelompok-kelompok yang dipilih berdasarkan persamaan peradaban dan kemiripan kebudayaan, permasalahannya sekarang bagaimanakah komonalitas cultural bisa mencegah terjadinya konflik dan perpecahan antara masyarakat dan kebudayaan yang berbeda-beda?
Pertama, setiap orang memiliki berbagai macam identitas yang dapat mengikat hubungan antara satu orang dengan orang lainnya, karna konflik biasanya terjadi karna perbedaan identitas, dan konflik antar peradaban mempunyai peran sentral dalam konteks politik global.
Kedua, penonjolan identitas budaya adalah hasil dari modernisasi sosial-ekonomi
Ketiga, identitas, begitu ragamnya kebudayaan mengakibatkan munculnya pandangan bahwa “yang seperti kita” adalah bagian dari kita, sedangkan “yang bebarian” adalah bukan golongan kita. Perilaku antar kelompok berbeda dengan perilaku dengan kelompok lain, perbedaan tersebut berasal dari:
a.       Perasaan superioritas terhadap yang yang yang di anggap berbeda dengan kelompoknya
b.      Ketakutan serta kurangnya kepercayaan kepada kelompok lain
c.       Kesulitan berkomunikasi dengan orang yang berbeda bahasa
d.      Kurangnya pengetahuan tentang interaksi dengan orang lain.
Keempat, sumber-sumber konflik antar Negara dan antar Kebudayaan adalah factor yang menjadi sumber konflik antar kelompok.
Kelima merajalelanya konflik, berakirnya perang dingin bukan berarti akir dari konflik yang ada, justru berakirnya perang dingin mengakibatkan munculnya berbagai ragam identitas-identitas baru konflik antar kebudayaan yang kemudian berkembang menjadi konflik antar peradaban.
2.      Kerjasama Ekonomi dan Kebudayaan
Pada awal 1990-an terdengar istilah regionalisme di kancah politik. Konflik regional mampu menggantikan konflik global yang memiliki hubungan erat dengan keamanan dunia. Hubungan antara kebudayaan dengan regionalisme tampak jelas dapat dilihat dari keterkaitannya dengan integrasi ekonomi, ada empat tingkatan asosiasi antar Negara yaitu:
1.      Wilayah perdaganyan bebas
2.      Kepentingan bersama
3.      Pasar bersama, dan
4.      Kesatuan ekonomi
Munculnya organisasi EAEC (East Asian Economic Caucus) yang merupakan organisasi masyarakat Asia Timur yang berdasarkan kesamaan (kebudayaan). EAEC dibentuk dengan tujuan menciptakan kerjasama dalam bidang kebudayaan kepada masyarakat Asia. Pada awalnya Jepang enggan untuk bergabung dengan EAEC karna takut akan menimbulkan sikap yang tidak enak dari Amerika Serikat, akan tetapi karena Jepang merupakan bagian dari Asia akirnya Jepang bergabung dengan EAEC.


3.      Struktur Peradaban
Saat perang dingin banyak negara yang menyatakan Netral dan Non Blok, sedangkan paska perang dingin setiap perang dingin setiap negara bernaung di bawah “bendera” peradaban. Sebuah negara anggota adalah Negara yang secara cultural mengidentikkan diri secara utuh dengan salah satu peradaban. Setiap peradaban biasanya memiliki suatu wilayah yang di pandang masyarakat sebagai sumber utama kebudayaan dan peradaban, yang mana sering kali berada dalam wilayah Negara inti ataupun Negara dalam peradaban tersebut.
Sedangkan sebuah negara yang menyindiri adalah negara yang tidak memiliki ikatan hubungan kesamaan dengan negara lain, akan tetapi perpecahan sering terjadi kepada negara bagian yang memiliki berbagai kelompok peradaban.
4.      Negara-negara Yang Terbelah: Kegagalan Peradaban
Jika sebuah negara yang terbelah ingin berhasil dalam melakukan redefinisi identitas sivilisasionalnya. Setidak-tidaknya memenuhi tiga persyaratan, yaitu:
Pertama, tokoh politik dan ekonomi negara yang bersangkutan, secara umum harus berusaha keras dan penuh antusias terhadap perubahan.
Kedua, Masyarakat harus bersedia melakukan akuisisi dalam upaya redefinisi identitas.
Ketiga, elemen-elemen terpenting dari peradaban pribumi.
Ada beberapa Negara yang saat itu mengalami perpecahan, diantaranya yaitu:
1.      Rusia
Rusia mencoba untuk menguasai barat, yang selama beberapa abad telah mulai menghilangkan tradisi-tradisi barat dari negerinya. Bahkan pada abad XVII Rusia sudah jauh ketinggalan dari Eropa, Rusia meninggalkan Meksiko dan membangun Ibu Kota si ST. Patersburg yang mana pada akhirnya memicu terjadinya peperangan.
2.      Turki
             Mustafa Kemal Ataturk mencoba untuk memisahkan masyarakat Turki dari tradisi Dinasti Ustmaniah, ia menggantikan semua tradisi islami baik bahasa, tulisan, kalender dan sebagainya menjadi kebarat-baratan. Yang mana mendorong seseorang untuk lebih mempelajari bahasa Eropa dari pada bahasa Arab. Selama terjadi perang saudara pada tahun 1939-1945 Turki menjadi Negara yang Netral, akan tetapi karna eksplisit telah mengikuti pola kebijakan Barat menjadikan Turki mengalami perubahan system pemerintahan, dari yang satu partai menjadi multi partai dan mengakibatkan Turki menjadi anggota NATO (1952), yang mana membuat Turki secara otomatis menjadi bagian dari Free World. Dan itu membuat Turki mendapat beberapa cercaan dari Negara non-Barat dan di anggap sebagai penghianat Negara Islam.
             Kondisi seperti itu justru membyat Turki menjadi galau, karna pada dasarnya Eropa tidak bias menerima Turki, karna turki bukan bagian dari Eropa, kondisi ekonominya rendah dan Turki adalah Negara Islam sedangkan Eropa adalah Negara Kristen. Padahal itu hanyalah ketakutan Eropa yang tak beralasan. Dan itu membuat Turki untuk berfikir, bahwa Barat tidak bias menerima masyarakat muslim di wilayah Eropa.
3.      Meksiko
             Mencoba menempatkan diri pada posisi yang berseberangan dengan Amerika Serikat, yang di buktikan dengan adanya reformasi silinas, yang mana merubah Meksiko dari Negara Amerika Latin menjadi Negara Amerika Serikat. Mereka juga melakukan penggabungan antara bangsa anglo-amerika utara dengan bangsa Spanyol-Indian Meksiko.
4.      Australia
             Menyatakan diri bahwa Australia adalah bagian dari Asia, oleh karenanya harus memisahkan diri dari barat, dengan alas an pertimbuhan ekonomi di asia timur memjadi pemicu perdagangan antara Australia-Asia. Akan tetapi beberapa nagara dari Asia tidak dapat menerima Australia dengan alasan secara kultural Australia adalah bagian dari barat dan bukan bagian dari Asia. Jika Australia ingin menjadi bagian dari Asia maka dia harus meng Asia dan ternyata Australia gagal untuk melakukannya.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Skin Care

interaksi psikologis antara da'i dan mad'u

Cinta Kadaluarsa