PERAN DAKWAH DALAM MENGATASI PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP JIWA BERAGAMA DI KALANGAN REMAJA



PERAN DAKWAH DALAM MENGATASI PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP JIWA BERAGAMA DI KALANGAN REMAJA


I. PENDAHULUAN
Remaja adalah obyek yang paling mudah terpengaruh oleh kebudayaan, adapun pengaruhnya bisa dari gejala sosial dengan minimnya akhlak dalam memfilter budaya yang menerpa dirinya. Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya. Oleh karena itu meskipun pada masa awal anak-anak ia telah diajarkan agama oleh orang tua mereka, namun karena pada masa remaja mereka mengalami kemajuann dalam perkembangan kognitif, mereka mungkin mempertanyakan tentang kebenaran keyakinan agama mereka sendiri. Sehubungan dengan pengaruh perekembangan kognitif terhadap perkembangan agama selama masa remaja ini.
Modernisasi itu sendiri dapat diartikan sebagai sebuah perubahan dari keadaan yang kurang maju menuju  perubaha dengan harapan perubahan tersebut mampu mengangkat taraf dan derajat hidup mereka. Meskipun pada dasarya modernisasi banyak merubah pola kehidupan. Secara sederhana modernisasi dapat diartikan sebagai perubahan masyarakat dari masyarakata tradisional ke masyarakat modern dalam seluruh aspeknya. Bentuk perubahan dalam pengertian modernisasi adalah perubahan yang terarah yang didasarkan pada suat perencanaan yang biasa diistilahkan dengan social planing.

II. PEMBAHASAN
1. Perkembangan Jiwa Beragama Pada Remaja
Pada hakikatnya masa remaja yang utama adalah masa menemukan diri, meneliti sikap hidup yang lama dan mencoba-coba yang baru untuk bisa menjadi pribadi yang dewasa.[1] Lebih jauh Elizabeth B Hurlock menjelaskan bahwa masa remaja adalah periode peralihan sebagai usia bermasalah, masa mencari identitas, masa yang tidak realistik serta sebagai ambang masa depan.
Dalam peta Psikologis masa remaja terdapat 3 bagian, yaitu:
a. Fase Pueral
Pada masa ini remaja tidak mau dikatakan sebagai anak-anak, tetapi juga tidak bersedia di katakan dewasa.
b. Fase Negative
Panya berlangsung beberapa bulan saja, yang di tandai oleh sikap ragu-ragu, murung, suka melamun, dll
b. Fase Pubertas [2]
Setelah si anak melalui umur 12 tahun, berpindah ia dari masa kanak-kanak yang terkenal tenang, tidak banyak debat dan soal. Mereka memasuki masa goncang, karena pertumbuhan cepat  di segala bidang terjadi. Kepercayaan kepada agama yang telah bertumbuh pada umur sebelumnya, mungkin pula  mengalami kegoncangan karena ia kecewa pada dirinya sendiri. Maka kepercayaan remaja terhadap Tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang-kadang menjadi ragu dan berkurang yang terlihat pada cara ibadahnya yang kadang-kadang rajin kadang juga malas. Perasaannya terhadap Tuhan tergantung kepada perubahan emosi yang sedang dialaminya.  Terkadang ia sangat membutuhkan Tuhan ketika ia menghadapi bahaya, takut akan gagal atau merasa berdosa. Tapi terkadang pula ia merasa tidak membutuhkan Tuhan karena ia merasa sedang senang, riang dan gembira. Perasaan remaja dalam beragama memang dapat dipengaruhi oleh perasaan beagama yang didapat dari masa sebelumnya dan lingkungan dimana ia tinggal. Bagi remaja yang tidak beruntung mempunyai orang tua bijaksana yang mampu memberikan bimbingan agama pada waktu kecil, maka usia remaja akan dilaluinya dengan berat dan sulit.
Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat-sifatnya merupakan bagian dari gambarannya terhadap alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itu sendiri. Perasaan beragama pada remaja khususnya terhadap Tuhan tidaklah tetap. Kadang-kadang sangat cinta dan percaya kepada-Nya, tetapi sering pula berubah menjadi acuh tak acuh bahkan menentang.[3]

2.  Islam dan Fenomena Globalisasi
Di tengah kehidupan era Modernisasi, terjadinya interaksi dan ekspansi kebudayaan secara meluas melalui media masa, tampak satu fenomena mencemaskan. Infiltrasi budaya asing terasa amat berat menghimpit. Pengaruhnya nampak kepada perubahan perilaku masyarakat. Pengagungan kekuatan materi memisah kehidupan duniawi dari supremasi agama mulai menjadi-jadi.secara hakiki perilaku umat menjauh dari nilai-nilai budaya luhur.[4]
Tanggapan kaum muslim terhadap kemajuan yang diberikan oleh negara barat yang seriang disebut modern itu berbeda-beda. Karena tidak bisa di pungkiri lagi kemajuan Barat dalam segala bidangnya sebagai indikasi sederhana bahwa “genderang” modernisasi yang “ditabuh” di dunia Islam tidak dapat dipisahkan dari mata rantai dan tranmisi terhadap prestasi kemajuan yang diukir oleh dunia Barat. Baik modernisasi yang dilakukan hari ini sebagai  langkah negara barat yang ingin menguasai negara dan meyebarkan ideologinya. Sebagaimana contoh dalam pendidikan barat modern dianggap sebagai  sesuatu yang asing, berlebihan dan mengancam kepercayaan agama. Kaum Muslim tidak perlu jauh-jauh dalam menemukan orang-orang Eropa yang mempunyai pendapat yang memperkuat rasa takut  mereka. seorang penulis Inggris yaitu William Wilson Hunter berkata: “Agama-agama di Asia yang begitu agung akan berubah bagaikan batang kayu yang kering jika berhubungan dengan kenyataan dinginnya ilmu-ilmu pengetahuan Barat”. Di kalangan orientalis sendiri (Gibb dan Smith),menilai reaksi modernisasi yang dilakukan di dunia Islam lebih cenderung bersifat “Apologetis” terhadap Islam dari berbagai tantangan yang datang dari kaum kolonial dan misioneris. Kristen dengan menunjukkan keunggulan Islam atas peradaban barat, dan juga modernisasi dipandang sebagai “Romantisisme” atas kegemilangan peradaban Islam yang memaksa Barat untuk belajar di dunia Islam. Akan tetapi, sesudah itu Barat bangun dan maju, bahkan dapat mengalahkan dan mengusai dunia Islam sehingga menarik perhatian ulama dan pemikiran Islam untuk mengadopsi kemajuan Barat tersebut termasuk modernisasinya.[5] 

3. Peran Dakwah dalam Menghadapi Globalisasi
Kondisi masyarakat dalam era industri, memang cenderung mengalami perubahan nilai. Kehidupan masyarakat yang secara psikologis mengalami kebingungan tersebut bagi kita bangsa indonesia bukanlah merupakan fenomena yang haruys di sesalkan. Sebagai bangsa yng mempunyai falsafah pancasila, dimana sila pertamanya adalah  Ketuhanan Yang Maha Esa, modernisasi beserta dampak negatifnya mampu di hadapi dengan pendekatan Agama. Menurut pandangan Islam, mengingat ilmu pengetahuan dapat memberikan dampak untuk manusia menjadi takabbur, dan semakin menjauh dari Tuhan, atau menghadapi kebingungan psikologis maka agar ilmu pengetahuan dapat memberikan dampak positif yang sebesar-besarnya kepada masyarakat harus di bekali dan di bimbing oleh “Iman” di hatinya.
Untuk itu dalam menghadapi gelombang serbuan ilmu pengetahuan yang dapat menimbulkan goncangan sosial psikologis, maka pengajaran agama sebagai bimbingan dan pembentukan jiwa manusia perlu dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Pengajaran agama hanya akan efektif bila mnyinggung langsung permasalahan-permasalahanaktual yang dihadapi masyarakat yang membangun, yaitu masalah-masalah yang nyata sebagai akibat dari dinamika pembangunan. [6]
 Oleh karena itu, maka seluruh komponen dan segenap aspek yang menentukan atas keberhasilan dakwah harus ditata secara professional dan disesuaikan dengan kondisi mad’u agar dapat menghasilkan kemasan dakwah yang benar-benar mampu memperbaiki dan maningkatkan semangat dan kesadaran yang tulus dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam. Ada empat hal penting yang harus diorganisir oleh da’i  dalam memfilter trend masyarakat global yang negatif, seiring dengan perkembangan dan trend masyarakat dunia serta masalah manusia yang semakin kompleks, yaitu;
1) Perlu adanya konsep dan strategi dakwah yang tepat untuk membentuk ketahanan diri dan keluarga melalui pengefektifan fungsi nilai-nilai agama, karena dengan dasar agama yang kuat dapat dijadikan filter pertama dan utama untuk menghadapi berbagai trend budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam,
2) Mempertahankan nilai-nilai budaya luhur yang dapat melestarikan tradisi positif yang pada dasarnya tidak bertentangan dengan paham dan ajaran agama (Islam) yang menanamkan nilai-nilai baik dan suci,
3) Perlu dukungan dan keikutsertakan semua lapisan masyarakat untuk menciptakan dan memiliki komitmen yang sama dalam melihat seberapa bergunanya nilai-nilai baru itu untuk sebuah komunitas dan kemajuan masyarakat, dan
4) Kesiapan dan kematangan intelektual serta emosional setiap penerima message baru, apakah hal tersebut memang akan mendatangkan manfaat plus bagi diri dan lingkungannya.[7]

III. KESIMPULAN
Masa remaja yang utama adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewas, masa menemukan diri, meneliti sikap hidup yang lama dan mencoba-coba yang baru untuk bisa menjadi pribadi yang dewasa. Masa remaja adalah masa yang tidak jelas, begitu pula dalam urusan beragama, maka kepercayaan remaja terhadap Tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang-kadang menjadi ragu dan berkurang yang terlihat pada cara ibadahnya yang kadang-kadang rajin kadang juga malas.
Seiring perkembangan zaman, globalisasi semakin meraja lela, Tanggapan kaum muslim terhadap kemajuan yang diberikan oleh negara barat yang seriang disebut modern itu berbeda-beda. Oleh karena itu, maka seluruh komponen dan segenap aspek yang menentukan atas keberhasilan dakwah harus ditata secara professional dan disesuaikan dengan kondisi mad’u.

DAFTAR PUSTAKA
Asy’arie, Musa, Pemuda dan Perkambangan Iptek dalam Perspektif Agama, Yogyakarta: PSFKI IAIN Sunan Kali Jaga, 1989
Raharjo, Ilmu Jiwa Agama, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004
Suryabrata, Sumardi, Perkembangan Individu, Jakarta: Rajawali, 1982
http://altajdidstain.blogspot.com/2011/02/metode-dakwah-di-era-globalisasi.html
http://hudanuralawiyah.wordpress.com/2011/11/24/makalah-modernisasi-dalam-pandangan-islam/
http://nasrulanakdesa.blogspot.com/2013/01/perkembangan-jiwa-agama-pada-remaja.html



[1] Sumardi Suryabrata, Perkembangan Individu, (Jakarta: Rajawali, 1982) hal 70
[2] Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004) Hal 64
[3] http://nasrulanakdesa.blogspot.com/2013/01/perkembangan-jiwa-agama-pada-remaja.html

[4] Raharjo, Ilmu Jiwa Agama, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012) hal92
[5] http://hudanuralawiyah.wordpress.com/2011/11/24/makalah-modernisasi-dalam-pandangan-islam/


[6] Musa Asy’arie, Pemuda dan Perkambangan Iptek dalam Perspektif Agama, (Yogyakarta: PSFKI IAIN Sunan Kali Jaga, 1989) hal 87
[7] http://altajdidstain.blogspot.com/2011/02/metode-dakwah-di-era-globalisasi.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Skin Care

interaksi psikologis antara da'i dan mad'u

Cinta Kadaluarsa