interaksi psikologis antara da'i dan mad'u
I.
PENDAHULUAN
Interaksi
adalah suatu jenis tindakan atau aksi
yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek
satu sama lain. Ide efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, sebagai
lawan dari hubungan satu arah pada sebab akibat.
Kombinasi dari interaksi-interaksi sederhana dapat menuntun pada suatu fenomena
baru yang mengejutkan. Dalam berbagai bidang ilmu,
interaksi memiliki makna yang berbeda.
Interaksi Psikologis diartikan sebagai
suatu bentuk hubungan antara dua orang atau lebih dimana tingkah laku seseorang
diubah oleh tingkah laku orang lain. Perubahan tingkah laku tersebut terjadi melalui dorongan antar pribadi dan
respon antar pribadi yang bersifat biologis. Proses tersebut berlangsung
timbale balik dimana masing-masing bertindak dalam keseluruhan proses yang
mempengaruhi atau mengakibatkan orang lain juga bertindak.
Dalam interaksi ada banyak factor yang
mempengaruhi, selain itu juga ada berbagai macam bentuk interaksi, dan
interaksi juga berpengaruh terhadap proses dakwah antara da’I dan mad’u. Untuk
mengetahui pengertian interaksi secara mendalam, factor- factor yang membentuk
interaksi, bentuk – bentuk interaksi dan peranan interaksi dalam proses dakwah,
maka akan dibahas dimakalah ini.
II.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Interaksi Psikologi
Homans ( dalam Ali, 2004: 87) mendefinisikan Interaksi sebagai suatu
kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu
lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh
individu lain yang menjadi pasangannya. Sedangkan menurut Shaw, Interaksi
Psikologis adalah suatu pertukaran antar pribadi yang masing- masing orang
menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing-
masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Hal ini senada dikemukan
oleh Thibaut dan Kelley bahwa interaksi Psikologis sebagai peristiwa
saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama,
mereka menciptakan suatu hasil satu sam lain atau berkomunikasi satu sama lain.
Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi
individu lain.
Hubungan
manusia dengan manusia (interaksi ) berkisar pada usaha menyesuaikan diri baik
bersikap autoplastis[1]
maupun aloplastis sesuai keadaan (keinginan), dimana individu yang satu menyesuaikan
diri dengan individu yang lain.[2]
Dengan demikian maka Interaksi adalah
suatu bentuk hubungan antara dua orang atau lebih dimana tingkah laku seseorang
diubah oleh tingkah laku yang lain. Melalui dorongan antar pribadi tersebut
seseorang yang bersifat biologis lambat laun berubah menjadi makhluk hidup atau
pribadi, proses tersebut berlangsung timbal balik, masing – masing bertindak
dalam keseluruhan proses yang mempengaruhi atau menyebabkan yang lain juga
bertindak. Interaksi sosial dengan demikian merupakan perilaku timbal balik,
suatu perilaku dimana masing – masing individu dalam proses itu mengharapkan
dan menyesuaikan diri dengan tindakan yang akan dilakukan orang lain.[3]
Interaksi Psikologis diartikan
sebagai suatu bentuk hubungan antara dua orang atau lebih dimana tingkah laku
seseorang diubah oleh tingkah laku orang lain. Perubahan tingkah laku
tersebut terjadi melalui dorongan antar
pribadi dan respon antar pribadi yang bersifat biologis. Proses tersebut
berlangsung timbal balik dimana masing-masing bertindak dalam keseluruhan
proses yang mempengaruhi atau mengakibatkan orang lain juga bertindak.
Interaksi sosial yang demikian merupakan prilaku
timbal balik dimana masing-masing individu dalam proses itu mengharapkan dan menyesuaikan
diri dengan tindakan yang dibutuhkan orang lain.[4]
Karena dalam interaksi psikologis ada tindakan saling mempengaruhi, timbullah
kemungkinan-kemungkinan untuk saling merubah dan memperbaiki perilaku masing-masing
secara timbal- balik bail disadari maupun tidak.
B. Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Psikologi Da’I dan Mad’u
Diantara factor- factor yang mempengaruhi interaksi psikologi adalah
sebagai berikut :
1.
Factor
Imitasi
Factor
dasar dari interaksi social yang menyebabkan keseragaman dalam pandangan dan
tingkah laku orang banyak. Yang dimaksud dengan proses imitasi adalah seperti
tiru meniru, dan ikut ikutan. Proses imitasi diawali oleh timbulnya sebuah
gagasan ( keyakinan baru) di dalam masyarakat sebagai perangsang pikiran.
Gagasan itu lalu dirumuskan oleh
individu berbakat tinggi yang kemudian menjadi ide baru, ide baru ini lalu
diimitasi dan dsebarkan oleh orang banyak dalam masyarakat.
2.
Factor
Sugesti
Suatu
proses dimana seorang individu dapat menerima suatu cara penglihatan atau
pedoman – pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
Dalam proses sugesti, seorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang
diterima oleh orang lain di luar dirinya. Sugesti dapat terjadi dengan mudah
pada keadaan – keadaan tertentu, seperti :
a. Sugesti karena hambatan berfikir.
Dalam
proses sugesti terjadi gejala bahwa orang yang dikenai sugesti mengambil
pandangan – pandangan orang lain tanpa memberikan pertimbangan – pertimbangan
dan kritik terlebih dahulu, hal itu lebih mudah terjadi apabila individu berada
dalam keadaan hilang cara berfikir kritis.
b. Sugesti karena keadaan pikiran
terpecah – pecah.
Pikiran
terpecah – pecah juga dapat mempercepat proses sugesti. Sugesti ini dapat
dilihat pada keadaan seseorang yang sedang bingung.
c. Sugesti karena otoritas
Dalam
hal ini orang cenderung menerima pandangan atau sikap tertentu apabila
pandangan atau sikap tersebut dimiliki oleh orang – orang yang ahli dibidangnya
yang dianggap memiliki otoritas.
d. Sugesti karena mayoritas.
Individu
dalam masyarakat akan menerima suatu pandangan atau ucapan apabila pandangan
itu dibantu oleh mayoritas anggota masyarakat tersebut dan cenderung menerima
pandangan itu pertimbangan lebih lanjut.
3.
Factor
Identifikasi
Identivikasi
berarti kecenderungan atau keinginan dalam diri anak untuk menjadi sama seperti
ayah atau ibunya. Kecenderungan ini bersifat tidak sadar bagi seorang anak
.secara tidak sadar seorang anak akan mengambil sikap – sikap orang tua yang
dapat ia mengerti mengenai norma dan pedoman tingkah laku sejauh kemampuan yang ada pada anak tersebut, dalam proses
identivikasi seluruh system norma, sikap, tingkah laku orang tua harus dapat
dijadikan system norma dan cita – cita seorang anak.
4.
Factor
Simpati.
Simpati
merupakan proses sadar bagi diri manusia yang merasa simpati terhadap orang
lain. Dalam hal simpati, hubungan yang timbal balik akan menghasilkan suatu
hubungan kerjasama, di mana individu yang satu ingin lebih mengerti dengan
individu yang lain secara lebih mendalam, sehingga individu tersebut dapat
merasa berfikir dan bertingkah laku seolah – olah ia adalah individu yang lain.[5]
C.
Bentuk- Bentuk Interaksi Da’I dan
Mad’u
Menurut Soerjono Soekanto ada empat bentuk interaksi
sosial, yaitu kerja sama (cooperatin), persaingan (competition), pertentangan atau
pertikaian (conflict), dan akomodasi
atau penyesuaian diri (accomodation),
untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
a.
Kerjasama (cooperation)
Kerjasama adalah salah satu bentuk
interaksi sosial yang utama. Kerjasama adalah suatu usaha bersama orang per
orang atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan yang
bersama.
Timbulnya kerjasama karena kesadaran
adanya kepentingan bersama. Kerjasama menjadi kuat apabila ada musuh bersama
atau ancaman bersama. Kerjasama juga dapat bersifat agresif apabila kelompok
mengalami kekecewaan dan perasaantidak puas.
Kebudayaan adalah hal yang mendorong
terjadinya kerjasama. Bentuk kerjasa masyrakat Indonesia yang tradisional
disebut gotong royong. Bentuk –bentuk kerjasama antara lain :
a.
Kerjasama spontan, kerjasama yang
timbul karena serta merta atau spontan.
b.
Kerja sama langsung, kerjasama ynag
timbul karena adanya perintah atasan atau penguasa.
c.
Kerjasama kontrak, kerjasama karena
adanya kepentingan tertentu.
d.
Kerjasama tradisional, kerjasama
sebagai unsur sistem sosial, misalnya gotong royong, gugur gunung, dan tolong
menolong.
Kerjasama
ditinjau dari pelaksanaanya ada lima bentuk, yaitu :
a.
Kerukunan (gotong royong dan tolong
menolong)
b.
Bergaining, yaitu
pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua
organisasi atau lebih.
c.
Kooptasi, yaitu suatu proses penerimaan
unsur- unsur baru dalam kepempinan dan pelakanan politiksuatu organisasi,
sebagai suatu cara untuk mengatasi kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang
bersangkutan.
d.
Koalisi, yaitu kombinasi antara dua
organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
e.
Join venture, yaitu kerjasama
dalam pelaksanaan proyek- proyek tertentu, misalnya perfilman, pemborongan
minyak, pertambangan, dan perhotelan.
b.
Persaingan (cooperation)
Persaingan adalah suatu proses sosial
dimana individu atau kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui
bidang kehidupan yang pada masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan
cara menarik perhatian publik atau mempertajam prasangka yang telah ada.
Bentuk persaingan antara lain
persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan, serta
persaingan ras.
Fungsi persaingan antara lain sebagai
berikut :
1.
Menyalurkan keinginan individu atau
kelompok yang bersifat kompetitif.
2.
Sebagai jalan agar keinginan,
kepentingan, dan nilai- nilai tersalur dengan baik.
3.
Untuk menyaring goongan fungsional.
Faktor yang
terkait dengan persaingan yaitu, kepribadian seseorang, kemajuan, solidaritas
kelompok dan disorganisasi.
c.
Pertentangan atau pertikaian (conflict)
Pertentangan atau persaingan adalah
suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi
tujuannya dengan cara menantang pihak lawan yang disertai ancaman atau
kekerasan. Penyebab terjadinya pertentangan adalah perbedaan antara individu,
perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial.
Bentuk- bentuk pertentangan antara lain
pertentangan pribadi, pertentangan rasial, pertentangan antar kelas sosial,
pertentangan politik dan pertentangan yang bersifat internasional.[6]
d. Akomodasi (accomodation)
Akomodasi merupakan adanya perbedaan sehingga timbul
adaptasi dengan kelompok lain yang menimbulkan kerjasama yang baik.
Adapun
bentuk-bentuk akomodasi, di antaranya:
-
Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya
paksaan.
-
Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-masing
mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan
yang ada.
-
Arbiration, suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang
berhadapan tidak sanggup untuk mencapainya sendiri
-
Meditation, hampir menyerupai arbiration diundang pihak ke tiga
yang retial dalam persoalan yang ada.
-
Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih, bagi
tercapainya suatu tujuan bersama.
-
Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang berkepentingan
mempunyai yang seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan
pertentangan.
D.
Pengaruh Interaksi Da’I dan Mad’u
Dalam Proses Dakwah
1. Makna Interaksi Sosial
Bahwa
di dalam proses interaksi itu terdapat tindakan saling pengaruh-mempengaruhi
antara individu yang satu dengan yang lain, baik individu itu dalam keadaan
perorangan (personal) ataukah dalam kelompok sosial. Kalau kita kaitkan dengan
dakwah, maka dalam dakwah dikenal dengan istilah personal approach atau “dakwah
face to face”, sehingga terjadi proses pengaruh-mempengaruhi antara da’I dengan
mad’u atau sebaliknya.
2. Faktor Dasar Interaksi Sosial
a. Imitasi
Nabi
Muhammad sendiri menjadi teladan umat manusia, baik umat islam maupun
non-Islam. Baik dalam kehidupan muamalah, ibadah, ataupun kehidupan lainnya
(khususnya muslim), bahkan kalau kita mau bersikap objektif umat non islam pun
dapat mengambil hikmah perilaku dan teladan Rasulullah saw. Di sinilah
pentingnya imitasi dalam dakwah. Sebagai seorang da’I.
b. Sugesti
Sugesti merupakan proses mempengaruhi orang lain, dengan
tujuan tingkah laku (behavior), bersikap (attitude) pendapat (oppinion) supaya
identik dengan kita. Begitu pula dakwah dengan tujuan, agar mad’u itu mengikuti
jalan yang Islamis. Tidak terlalu tergesah-gesah pada hakikatnya antara
keduanya memiliki hubungan yang erat sekali, bahkan dakwah merupakan sugesti
pada orang lain.
c. Identifikasi
Sebagai ilustrasi, bagi seoarang anak, sang ayah adalah
refleksi sifat kejantanan, kewibawaan, dan kepemimipinan. Sedang ibu adalah
idola dari perwujudan kelembutan dan kasih saying. Dengan demikian metode
keteladanan dalam dakwah mutlak sifatnya, sebab orang lain akan lebih dulu
melihat tindak tanduk dan perilaku kita. Sehingga ada pepatah mengatakan “lihat
orangnya dan jangan lihat apa yang di ucapkannya”, walaupun Ali bin Abi Thalib
ra. Mengingatkan: “lihat apa yang diucapkan dan bukan siapa yang mengucapkan”,
tetapi realitasnya lain. Di sinilah peran orang tua dalam menumbuhkan religious
consciousness atau rasa keagamaan pada anak-anaknya, salah satu caranya adalah
menumbuhkan iklim religious dan teladan bagi anak-anaknya. Islam
menggarisbawahi tentang kehidupan keluarga ini. Di sini jelaslah kewajiban
orang tua memberi contoh yang baik dan bertanggungjawab kepada anggota
keluarganya, sebab ia sebagai model identifikasi. Begitu pula dalam dakwah, da’I
merupakan the best example dalam lingkungan masyarakat.
d. Simpati
Dalam proses interaksi dalam dakwah, factor simpati ini
besar sekali perannya. Karena salah satu yang tidak dapat diabaikan dalam
proses dakwah adalah terlebih dahulu membangkitkan rangsangan (stimulan) yang akan
memberikan jalan pada mad’u. Seorang da’I harus mampu menumbuhkan rasa simpati
pada mad’u. Sekiranya mad’u sudah tidak simpati terlebih dahulu dengan da’I
jangan diharapkan terjadi feed back dalam dakwah, apalagi tujuan dakwah akan
terealisasi.[8]
III.
KESIMPULAN
Interaksi adalah suatu bentuk hubungan antara dua orang atau lebih dimana
tingkah laku seseorang diubah oleh tingkah laku yang laindapat timbul
berbagai dampak dari interaksi timbal-balik antara satu dan yang lainnya, baik
dampak positif maupun negatif adapun kaitannya dengan para pegiat dakwah.
Adapun factor dasar interaksi yaitu factor imitasi, factor sugesti, factor
identifikasi, dan factor simpati dimana seorang da’I harus mampu menguasai
berbagai faktor interaksi sosial itu salah satunya menumbuhkan rasa simpati
pada mad’u. dan adapun juga bentu-bentuk interaksi yang meliputi kerja sama (cooperatin), persaingan (competition), pertentangan atau
pertikaian (conflict), dan akomodasi
atau penyesuaian diri (accomodation).
Dalam
kegiatan dakwah selalu terjadi proses interaksi sosial, yaitu hubungan antara
Da’i dan Mad’u. Interaksi sosial dalam proses dakwah ini ditujukan untuk
mempengaruhi mad’u yang akan membawa perubahan sikap prilaku seperti mempererat
tali perasaudaraan dengan silaturahmi dan meneladani kepribadaian yang baik
dari sang Da’i. Dengan demikian tujuan dakwah yaitu mencapai kebahagiaan dunia
dan akhirat.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin,
Psikologi Dakwah, 1993,
Jakarta: Bumi aksara
Arifin, Psikologi dan Beberapa
Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia, 1976, Jakarta: Bulan Bintang
Faizah
dan Lalu muchsin effendi, Psikologi Dakwah, 2006, Jakarta : Prenada media
Murdiyatmoko, Janu, Sosiologi (Memahami dan Mengkaji
Masyarakat), 2007, Bandung : Grafindo Media Pratama
Sunaryo, Psikologi
Untuk Keperawatan, 2002, Jakarta : Buku Kedokteran EGC
http://fara-cantika.blogspot.com/2012/11/bentuk-bentuk-interaksi-dan-interaksi.html,
di unduh Senin, 05 Mei 2014
[1] Autoplastis adalah usaha
seseorang untuk merubah diri sesuai dengan lingkungannya, sedangkan Aloplastis
adalah usaha seseorang untuk merubah lingkungannya sesuai dengan keadaan
[2] Faizah dan Lalu muchsin effendi,
Psikologi Dakwah, 2006,
Jakarta : Prenada media, Hal 129
[3] Arifin, Psikologi Dakwah, 1993, Jakarta: Bumi aksara,
Hal. 68-70
[4] H.M Arifin, Psikologi dan
Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia, 1976, Jakarta: Bulan Bintang, hal
69
[5] Janu Murdiyatmoko, Sosiologi (Memahami dan Mengkaji Masyarakat),
2007, Bandung : Grafindo Media Pratama, hal 68-69
[7]
http://fara-cantika.blogspot.com/2012/11/bentuk-bentuk-interaksi-dan-interaksi.html,
di unduh Senin, 05 Mei 2014
[8] Opcit, Faizah dan Lalu muchsin
effendi, Hal 130-135
Komentar
Las Vegas, Nevada, United 목포 출장안마 States · Casinos · Slots · Table Games · Poker · Bingo · Slots · Bingo 구미 출장샵 · Table Games 태백 출장마사지 · Sports Betting. · Lotto 천안 출장안마 · Texas Hold 'Em. 광주 출장안마